Kamis, 21 Juli 2011
Sabtu, 14 Mei 2011
laporan praktikum analisis kadar air
ANALISIS KADAR AIR
A.TUJUAN
Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan terampil menganalisa kadar air dalam bahan hasil perkebunan dengan metode thermovolumetri.
B.DASAR TEORI
Air merupakan kandungan penting dalam bahan pangan termasuk makanan,semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan berrpolimer dan sebagainya. Sedangkan kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan pangan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan,karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalaam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri,kapang,dan khamir untuk berkembang biak,sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.(Dwijosepputro.1994).
Selain dengan metode thermografimetri,penentuan kadar air dapat dilakukan dengan metode thermovolumetri. Metode thermovolumetri ialah metode penentuan kadar air dengan cara menguapkan air dengan membawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari air. Cairan pembawa yang dapat digunakan adalah xylol,xylem,toluene,tetrakloroetilen.( sudarmadji.1996 ).
Toluene dikenal sebagai methylbenzene atau toluene merupakan cairan dengan bau yang khas pengencer cat,mengingatkaan kita pada kompleks terkait benzene. Ini adalah aromatic yang digunakan yang digunakan secara luas sebagai industry bahan baku dan sebagai pelarrut. Rumus molekulnya C7 H8 atau C6 H5 CH3,masa molar 92,14 g,penampilan tak berwarna (bening),densitas kepadatan 0,8669 g/mL,titik lebur -93°C,titik didih 110,6°C,kelaarutan dalam air 0,47 g/L ( 20-25 °C ),dan viskositas 0,590 pada 20°C.( Anonim.2009 ).
C.ALAT DAN BAHAN
1.ALAT
a) Perangkat destilasi stering bidwell
b) Spatula
c) Gelas ukur
d) Timbangan analitik
e) Hiter
2.BAHAN
a) Lada putih
b) Pala
c) Cengkeh
d) Toluene
D.METODE KERJA
- Dihaluskan sejumlah contoh yang telah dipersiapkan.
- Ditimbang sebanyak 40 gram contoh sehingga banyaknya volume air yang tertampung dalam penampung berkisar antara 4 – 5 ml.
- Dipindahkan contoh kedalam labu destilasi, ditambahkan toluen secukupnya (kira – kira 75ml), dikocok perlahan – lahan seningga tercampur dengan sempurna dan semua contoh terendam. Ditambahkan juga kedalam labu destilasi beberapa butir batu didih.
- Dipasang alat destilasi dan isi penampung dengan toluen melalui pendingin sampai meluap kedalam labu destilasi jika perlu sisip sumbat kapas yang longgar dibagian atas pendingin atau dipasang sebuah tabung pengering kecil yang berisi kalium khlorida untuk mencegah pengembangan uap air dari udara didalam tabung pendingin.
- Dipasang labu sedemikan rupa sehingga kecepatan destilasi adalah kira – kira 100tetes per menit. Bila sebagian besar air yang telah tersuling, dinaikan kecepatannya kira – kira 200 tetes per menit, dan diteruskan sehingga tidak ada lagi ait yang tertampung.
- Sewaktu pemanasan berlangsung, sekali – kali dibersihkan dinding sebelah dalam pendingin dengan sedikit toluene, untuk membilas air yang mungkin melekat pada dinding pendingin
- Air didalam penampung dapat dipaksa untuk memisah dari toluen dengan sekali – kali menggerakan sebuah kawat tembaga berujung spiral turun naik dalam pendingin dan penampung sehingga seluruh air mengendap pada dasar penampung.
- Destilasi dihentikn apabila setelah 30 menit air tidak lagi bertambah dalam penampung.
- Dibilas pendingin dengan toluen, bila diperlukan gunakan kawat tembaga berujung spiral untuk melepaskan tetes – tetes air yang ada. Didinginkan penampung sampai suhu kamar atau apabila lapisan toluen telah menjadi jernih.
- Kemudian dibaca volume air dalam penampung yang dapat dinyatakan sebagai bobot air karena rapat massa air tepat 1gram/ml. Dihitung kadar air bahan degan rumus.
E. HASIL PENGAMATAN
1.Tabel pengamatan
No Sampel Berat sampel (g) Volume air (mL) Berat air (g) Kadar air (%)
1. Lada putih 40,02 5,1 5,1 12,74
2. Pala 40,05 3,9 3,9 9,73
3. Cengkeh 40,00 3,9 3,9 9,75
2. Perhitungan
1) Berat air = ρ air x vol air
= 1 g ∕mL x 3,9 Ml
= 3,9 gram
2) Kadar air = w air/w bahan x 100%
= 3,9 g/40,00 x 100%
= 9,75 %
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kadar air metode thermovolumetri air yang tertampung ialah air yang terkandung pada bahan atau sampel. Sampel yang digunakan kali ini ialah lada putih,pala,dan cengkeh,hanya saja pk tidak di uji kali ini. Setelah melakukan pengujian kadar air pada bahan cengkeh didapat kadar airnya sebesar 9,75%,sedangkan pada saat menggunakan metode thermografimetri didapat wb sebesar 21,01%,pada lada didapat kadar air nya sebesar 21,74%,pada metode thermografimetri didapat hasil wb sebesar 11,51%,dan pada pala didapat kadar air nya sebesar 9,73%,pada metode thermografimetri didapat wb sebesar 9,24%.
Dari ketiga sampel tersebut yang memiliki kadar air paling tinggi untuk metode thermografimetri ialah cengkeh,namun lain halnya untuk penentuan kadar air metode thermovolumetri kali ini kadar air tertinggi ialah sampel lada putih dan cengkeh menjadi sampel terkecil yang memiliki kadar air. Hal ini membuktikan bahwa kandungan air dalam bahan pangan yang tak sejenis maupu yang sejenis berbeda-beda. Dalaam pengujian kadar air metode thermografimetri banyak factor yang dapat mempengaruhi sehingga pengujian kemungkinan besar kurang akurat. Sedangkan pada metode thermovolumetri dapat menghindari terjaninya oksidasi sehingga penentuan kadar airnya kemungkinan lebih tepat. Dilihat dari prinsipnya metode thermovolumetri lebih cocok digunakan dalam penentuan kadar air bahan dengan kandungan air yang kecil.
G. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum penentuan kadar air dapat disimpulkan bahwa:
- Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa metode contohnya: metode thermografimetri dan metode thermovolumetri.
- Metode thermovolumetri menggunakan cairan pembawa contohnya: xylol,xylem,toluene,tetrakloroetilen.
- Metode thermovolumetri menggunakan perangkat destilasi stering bidwell dalam mengeksraksi.
DAFTAR PUTAKA
Dwijosepputro.D.1994.Dasar-dasar mikrobiologi.Djambatan.Jakarta
Sudarmadji.1996.Analisa bahan hasil pertanian.Penerbit Liberty.yogyakarta
Anonim.2009.Toluene.http://Wikipedia.org. Diakses 23 oktober 2010
laporan praktikum analisis kadar abu
ANALISA HASIL PERTANIAN
KADAR ABU TOTAL
A.TUJUAN
Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan terampil menganalisis kadar abu bahan hasil perkebunan dengan metode thermografimetri.
Abu adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan cara pengabuanya. Beberapa contoh kadar air abu dalam beberapa contoh kadar abu dalam beberapa bahan dapat di lihat pada table brikut ini:
Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut,yang dikenal dengan pengabuan.(sudarmadji.2003).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut:
- Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan
- Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan
- Untuk memperkirakann kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli) atau sintesis
- Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain.( Irawati.2008 ).
Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi,yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda–beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan.( Anonim.2010 ).
1.Bahan 2.Alat
a) Biji lada a) Muffle furnace
b) Pala b) Hot plate
c) Cengkeh c) Krus proselin
d) Pk d) Desikator
e) Oven
D.METODE KERJA
a) Persiapan awal
- Ditimbang bahan contoh yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 gr dalam kurs porslein yang telah diketahui beratnya.
- Dipanaskan bahan tersebut diatas hot olate (dalam ruang asam) untuk meminimalkan asap/jelaga hitam yang muncul pada saat proses pengabuan.
- Dimasukan bahan kedalam furnance (tanur) sesuai dengan prosedur kerja penoperasian alat.
- Dihubungkan kabel power kesumber litrik.
- Ditekan tombol power ke posisi ON, maka tampilan digital yang menyatakan temperature akan menyala.
- Diatur suhu pengabuan (550’C) dengan cara menekan tombol “Push To Set Temperature” dan secara bersamaan putar tombol “Temperature” hingga tercapai tempertaur yang ditentukan.
- Dilepaskan tekanan pada tombol “Push To Set Temperature”.
- Dimasukan bahan kedalam furnance dengan lama proses pengabuan 3 jam.
- Setelah lama proses pengabuan tercpai, diatur suhu furnance menjadi 150’C.
- Ditunggu hingga suhu mencpai 150’C, selanjutnya dimasukan bahan kedlam desikator dan ditimbang.
- Dihitung kadar abu total bahan (%) berdasarkan berat kering bahan.
E.HASIL PENGAMATAN
No Sampel Berat krus (g) Berat bahan (g) Berat kering (g) Berat abu (g) Kadar air (%)
1. Lada 20,79 0,5 0,4589 0,0016 0,34
2. Pala 20,08 0,5 0,4559 0,0096 2,11
3. Cengkeh 14,66 0,5 0,3958 0,0336 8,49
4. Pk 21,93 0,5 0,4292 0,026 6,06
PERHITUNGAN
Berat kering = 100 x berat sampel / 100 + kadar air (db)
= 100 x 0,5 / 100 + 26,64
= 50,12 / 126,64 = 0,3958
Kadar abu = berat abu / berat kering x 100%
= 0,0336 / 0,3958 x 100%
= 8,48 %
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini,proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan Muffle Furnace (tanur) yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 550°C penggunaan tanur karena suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu yang telah ditentukan untuk proses pengabuan. Sampel yang telah halus ditimbang 1-2 gram,sebelum dimasukkan kedalam tanur terlebih dahulu sampel dipanaskan diatas hot plate tujuannya agar dapat meminimalkan asap atau jelaga yang muncul pada saat pengabuan. Untuk kali ini analisis kadar abu total menggunakan bahan atau sampel sebagai berikut : lada,pala,,cengkeh,dan pk. Setelah tercapai pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel setelah diarangkan,pada pengabuan sampel telah menjadi abu berwarna putih abu-abu. Berat abu yang didapat pada sampel cengkeh yakni seberat 0,0336 (g), jauh sekali penurunan berat yang terjadi karena berat sampel awal 0,5 gram,berarti selama proses pemanasan awal sampai pada proses pengabuan telah terjadi penguapan air dan zat-zat yang terdapat pada sampel,sehingga yang tersisa hanyalah sisa dari hasil pembakaran yang sempurna yakni abu.
Pada sampel cengkeh didapat kadar abu terbesar dibandingkan sampel yang lain yakni sebesar 8,49% yang dihitung berdasarkan berat kering,besarnya kadar abu yang didapat dalam praktikum kali ini, mungkin disebabkan oleh suhu ruang ataupun adanya ppasir dan kotoran yang terdapat dalam sampel. Untuk itu dilakukan pengujian kadar abu totol yang memiliki berbagai macam tujuan yakni : menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan,mengetahui jenis bahan yang digunakan juga sebagai parameter nilai bahan makanan dan mengetahui adanya abu yang tidak larut dalamasam yang cukup tinggii menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain yang terdapat dalam suatu bahan.
G. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum analisis kadar abu dapat disimpulkan bahwa :
- Abu adalah zat orgganik dari sisa hhasil pembakaran suatu bahan organic
- Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan
- Proses pengabuan dapat dilakukan dengan menggunakan tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 500-600°C
DAFTAR PUSTAKA
Irawati.2008.MODUL PENGUJIAN MUTU 1.Diploma IV PDPPTK VEDCA.Cianjur
Sudarmadji.dkk.2003.Prosedur Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian.Liberti.Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)